Terima Kasihnya Mana?

  

Terima kasih selalu kuucapkan, setiap aku mendapat kebaikan. 

Berbalas budi atas pertolongan. Terima kasih kuucapkan”

Itulah sepenggal lirik lagu berjudul Terima kasih yang dinyanyikan Miqdad Prakoso, anaknya pendongeng Kak Awam dari Kampung Dongeng. Tapi, kali ini bukan membahas penyanyinya, tapi ucapan terima kasih.

Kenapa ya, sekarang itu langka ketemu orang mengucapkan terima kasih. Nggak yang muda, nggak tua, sama aja. Saya percaya sih, masih banyak yang memegang teguh budaya mengucapkan terima kasih. Mungkin saya saja yang ketemunya orang pelupa.

Suatu ketika saya dan suami belanja di tukang sayur dekat rumah. Nah di sana ada tukang bubur. Pas tempat kami duduk ada HP android ketinggalan, lumayan itu kalau hilang bisa nangis darah yang punya.

Berhubung itu HP cerewet banget bunyi terus, ya saya tanya sama si tukang bubur. Ini hp siapa? Si tukang bubur bilang, tadi ada anak muda yang makan mungkin punya dia.

Saya mau kasih ke tukang bubur. Cuma kata suami, jangan pegang aja. Nanti angkat saja kalau ada yang telepon. Pas berdering lagi saya  angkat. Suaranya cewek dengan nama Ayank (kayaknya si pacar pemilik hp) dan dia menanyakan HPnya itu. Ya sudah saya bilang saja di tempat bubur.

Beberapa saat kemudian, suami bilang kalau ada yang mengaku tanya dulu HPnya merek apa dan warna apa. Dan tak lama berselang, datanglah seorang pria muda mengendarai sepeda motor. Dia langsung bertanya ke tukang bubur.

Saya yang memegang HP langsung bilang, ini Hpnya? Saya lupa pesan suami, hehe… Terus dia langsung ambil tuh HP tanpa basa-basi dan telepon si pacar sepertinya. Helooooo..nggak ada ucapan apa gitu, makasih kek atau senyum. Dia langsung donk muter badan dan telepon dari atas motornya. Adududud…anak muda.

Suami langsung nyeletuk. “Nggak ada terima kasihnya ya tuh orang. Untung tuh HP nggak ditemuin orang iseng.” Saya melongo, jarang-jarang nih suami emosi. Biasanya paling sabar dibanding saya, hahaha…

Sepertinya si pemuda nggak mendengar karena asyik telepon. Biarlah, dia lagi kasmaran kaleee..
Nah yang terbaru, seorang teman yang sudah senior melalui via WA minta nomor telepon mantan teman kantor sebut saja J karena dia ada tugas dari kantornya untuk investigasi soal si AA. Nah si J itu punya nomor orang-orang yang dia cari. Teman senior itu sepertinya nggak tahu kalau saya juga sudah nggak kerja. 

Baiklah, saya usahakan bantu dengan minta bantuan lagi sama teman saya M yang satu bagian sama si J. Ternyata si M nggak menyimpan nomor di HPnya, jadilah si M itu minta bantuan lagi sama temannya yang di kantor si A. Hufff panjang nian urusannya, hahaha..

Setelah berhasil dapat nomor si J, saya kasih nomor yang diinginkan via WA. Dan setelah itu, percakapan selesai tanpa ada kata-kata ‘Terima Kasih’ atau setidaknya ‘OKe’. Ehm….

Mungkin saya masih dibilang kolot karena bagi saya ucapan terima kasih itu bentuk balas budi atas kebaikan orang. Orang mendengar kata terima kasih sudah senang kok. Sederhana tapi artinya dalam. 

Karena itu, saya selalu mengingatkan anak-anak untuk berterima kasih setiap mendapat kebaikan ataupun pertolongan.

Kita ke Tuhan saja jangan sampai lupa berterima kasih. Hal tersebut sebagai bentuk rasa syukur untuk rezeki dan nikmat yang kita terima. Kalau bersyukur kan nikmatnya terus bertambah. 

Lestarikan budaya berterima kasih…