Ayo Lebih Jeli Pilih Sirup untuk Anak, Bumil, Busui

  
Bulan Ramadan memang sudah terkenal dengan iklan sirupnya. Bagaimana nggak buat ngiler, udah pakai es batu terus berkeringat begitu gelasnya. Slurrrpp… Tapi, yang saya mau tulis bukan masalah iklannya. Tapi, pas mau lebaran lebih teliti memilah-milah sirup buat tamu. Hehehe…

Saya bukan mau menjelekkan salah satu merek sirup lho. Tapi ini lebih kepada jeli melihat peringatan atau saran dari si produk. Kalau si produk nggak disarankan buat anak-anak, ibu hamil (bumil), atau ibu menyusui (busui), ya jangan dikasih ke tamu ke tipe yang saya disebutkan tersebut. Jadilah tuan rumah yang juga memperhatikan kesehatan tamu atau anak sendiri 🙂

Topik ini pasti sudah sering dibahas dulu-dulu. Ada sejumlah produk yang sudah berbaik hati mengingatkan konsumennya, tapi peringatannya kecil sampai-sampai luput dari perhatian.

Dulu, sebelum topik peringatan mini produk belum booming, saya mana ngeh dengan peringatan itu. Lagi bumil, busui, atau anak masih balita saya kasih. Maklum, saya suka luput baca-baca peringatan. Aslinya malas baca yang kecil-kecil sih, hehehe..

Kenapa disarankan tak dikonsumsi ke sejumlah konsumen? Salah satu alasannya bisa jadi karena mengandung pemanis buatan siklamat. 

Menurut situs HealthyEating, Siklamat merupakan pemanis buatan sintetis yang 30 sampai 50 kali lebih manis dari gula – yang paling manis dari semua pemanis buatan. Siklamat tidak meninggalkan aftertaste

Siklamat saat ini dilarang US Food and Drug Administration (FDA) untuk dikonsumsi manusia. Namun, siklamat sedang dipertimbangkan untuk reapproval karena sejumlah negara penggunaannya aman. 

Penggunaan siklamat juga sudah dilarang di ASEAN, kecuali Indonesia yang masih membolehkan siklamat. 

Pemanis buatan sebenarnya memungkinkan seseorang untuk berdiet yang ingin menurunkan konsumsi gula, namun harus dikonsumsi dalam jumlah sedang.

Namun, siklamat bisa berisiko menimbulkan banyak gangguan kesehatan, antara lain tremor, migrain dan sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan gangguan seksual, kebotakan, dan kanker otak.

Tapi, pas saya cari-cari di mbah Google, saya menemukan artikel di kompas yang lumayan lama tahun 2009. Nggak tahu ya, yang terupdate seperti apa.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan bahwa pemanis buatan aspartam dan siklamat merupakan pemanis buatan yang diizinkan untuk digunakan dalam pembuatan produk makanan.    


“Aspartam dan siklamat merupakan pemanis buatan yang diizinkan untuk digunakan dalam pembuatan produk makanan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 722 tahun 1988,” kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Husniah Rubiana Thamrin Akib, di Jakarta seperti dikutip Kompas.

Bener itu udah lama banget. Kepala BPOMnya aja udah bukan itu lagi.

Kalau kayak gini, kembali ke prinsip segala sesuatu jangan berlebihan. Cuma kalau ada saran yang baik, ya diikutin aja. Itu demi pencegahan. 

Sekarang biasakan jeli membaca peringatan di produk apapun, tak hanya makanan atau minuman. Ini sangat kena buat saya, hehehe… Jelinya jangan cuma Lebaran saja lho 😀