Bentol Gigitan Nyamuk Gara-gara Darah Manis?

  
Musim kemarau begini nyamuk makin banyak saja. Udah pakai kelambu masih juga digigit. Di antara kami berempat, si nyamuk kayaknya doyan banget gigitin saya. Sampai bentol-bentol merah di mana-mana. Apa darah saya manis ya?

Bayangkan saja, saya yang paling banyak bentolnya. Sedangkan papanya bocah, kakak, dan putri cantik nggak ada yang berbentol merah di bekas gigitannya, huhu… Kaki udah budukan banget, kayak ganti kulit jadi bermotif polkadot, eaaaa….

Papanya bocah selalu bilang, ‘Makanya jangan digaruk.’ Apaan nggak digaruk. Papanya bocah aja kalau digigit pas tidur matanya merem juga garuk-garuk. Itu kan spontanitas. Tapi, kenapa kulitnya nggak jadi ‘polkadot’ yaa?

Jengkelnya minta ampun, kalau udah pakai kelambu dan nyamuk berhasil nyuri-nyuri isap darah. Kalau masih kurus susah mukulnya, tapi kalau udah gemuk. Teplok langsung tangan berlumuran darah.

Ternyata, nggak semua nyamuk itu mencari darah. Cuma nyamuk betina yang mengigit untuk menghisap darah. Itu kata Ahli Nyamuk dari American Mosquito Control Association Joseph M. Conlon.

“Nyamuk betina menghisap darah sebagai sumber protein untuk pengembangan telur,” kata Conlon seperti dikutip dari Prevention.

Ketika nyamuk betina mengigit, dia memasukkan ujung mulutnya ke salah satu pembuluh darah, menyuntikkan air liur ke dalam aliran darah. Yang disuntikkan itu termasuk protein yang mencegah pembekuan darah saat si nyamuk makan. 

Nah protein inilah yang menyebabkan bentol-bentol (pembengkakan), kemerahan, dan gatal-gatal. Jadi dicatat ya, bukan gigitan yang bikin bentol tapi proteinnya.

Terus kenapa saya dan papanya bocah reaksinya beda ya. Saya jadi ‘polkadot’ gini sedangkan papanya bocah mulus.

Ternyata, ada beberapa reaksi berbeda-beda yang dialami sejumlah orang:

1. Nggak ada reaksi

Ini kayaknya tipe papanya bocah. Nggak ada bentol-bentol ‘polkadot’ di kulitnya. Kalau seperti itu sungguh beruntung. Apa sebabnya?

Menurut Andrew Murphy, MD, dari American Academy of Allergy, Asthma & Immunology, orang yang tak bereaksi dengan gigitan menunjukkan dia tidak alergi dengan air liur nyamuk.

Artinya orang itu kebal dengan gigitan nyamuk. “Ketika seseorang berulang kali terpapar alergen nyamuk, sistem kekebalan tubuh mereka dapat menghentikan alergen dan tidak ada reaksi,” kata Murphy.

2. Benjolan merah kecil

Biasanya benjolan yang muncul bulat, sering terlihat ada titik kecil di tengah benjolan dan benjolan menjadi merah setelah sehari atau dua hari. Reaksi ini memang umum muncul kalau digigit nyamuk. 

Tipe reaksi ini menunjukkan orang tersebut alergi ringan terhadap protei dari air liur nyamuk.

3. Berbekas

Bekas gigitan ini hanya sedikit bengkak. Pinggirannya datar, lembut, dan hanya atasnya yang benjol. Dan biasanya yang benjol itu lebih merah dibanding sekitarnya.

Orang dengan reaksi ini lebih sensitif terhadap protein nyamuk. Sensitivitas ini menyebabkan mereka bereaksi dengan menunjukkan bekas yang lebih besar dibandingkan benjolan kecil yang umum terjadi. 

“Namun, beberapa studi telah menemukan reaksi menunjukkan lamanya nyamuk makan,” kata Jorge Parada, MD, Direktur Medis Infection Control Program di Loyola University Chicago dan Penasihat Medis National Pest Management Association. ”  

“Semakin lama nyamuk makan, protein yang dilepaskan nyamuk lebih banyak, sehingga reaksi yang terlihat kemungkinan meningkat.

4. Demam

Yang ini agak ngeri. Biasanya gigitan nyamuk meninggalkan bekas kulit jadi bengkak, panas, kemerahan, gatal-gatal atau sakit, dan disertai demam.
Orang dengan reaksi ini menunjukkan memiliki “sindrom skeeter”, reaksi alergi yang lebih ekstrem terhadap gigitan nyamuk. Bahkan reaksinya bisa menyebabkan pembengkakan yang berlebihan pada daerah bekas gigitan dan merasa panas serta sulit untuk disentuh. 

Kadang-kadang bekas gigitan jadi melepuh dan cairan. 

Siapa saja yang bereaksi demam? Menurut Murphy, anak-anak dan pasien dengan gangguan sistem kekebalan tubuh berisiko lebih tinggi mengalami sindrom skeeter. 

5. Anafilaksis

Reaksi ini bisa memperlihatkan bibir atau lidah bengkak, sulit bernapas, atau batuk. 

Reaksi akibat gigitan nyamuk seperti ini jarang terjadi, dan bisa berakibat fatal yang menyebabkan kematian.

“Pasien dengan anafilaksis nyamuk akan memiliki gejala khas dari reaksi alergi yang parah,” kata Murphy. 

Nah, si bentol merah banyak di kulit bukan karena darah manis donk. Tapi lebih kepada reaksi tubuh dengan protein yang dikeluarkan liur si nyamuk betina. Okelah kalau gitu, saya sudah mudeng. Ternyata saya tipe reaksi kedua. 

Dulu saya sampai bela-belain makan pare sama daun pepaya biar kata orang darahnya pahit dan dijauhin nyamuk, hehehe… Tapi kok kayaknya sedikit ngefek, apa cuma sugesti ya.

Nyamuk…nyamuk… Sampai kapan pun kamu tetap susah dibasmi. Obat nyamuk aja udah jarang mempan. Moga kita dijauhi dari reaksi-reaksi yang mengerikan, amin…

Posted from WordPress for Android