Jangan Pernah Memulai

Orangtua mana yang tega mencubit atau memukul anaknya. Tapi, saat emosi benar-benar memuncak terkadang tangan spontan bergerak. Saat itulah kita perlu mengerem. Ingatlah, sekali mencoba maka akan terulang lagi.

Foto: Telegraph.co.uk

Cubitan atau pukulan pertama biasanya dipenuhi penyesalan. Tapi godaan untuk mengulangi (cubit atau pukul) bakal sering muncul. 

Jika kita nggak bisa mengerem, pasti akan mengulanginya lagi dan lagi. Kegiatan yang maksudnya untuk hukuman itu akhirnya jadi kebiasaan. Anak rewel atau nggak menurut, tangan dengan entengnya mencubit atau memukul.

Lihatlah, berapa banyak anak yang menjadi korban kekerasan jika orangtua sedikit-sedikit main hukuman fisik. Pukulan dan cubitan atau sejenisnya tak hanya melukai fisik tapi juga psikis. 

Tubuh anak-anak mungkin masih bisa menahan pedihnya dipukul bertubi-tubi, tapi bagaimana dengan perasaan mereka.

Please jangan pernah memulai atau orangtua akan terbiasa melakukannya tanpa merasa bersalah. Kasus anak-anak yang meninggal usai disiksa orangtuanya apa mungkin itu penyiksaan pertama yang dilakukan orangtuanya? Tentu siksaan itu sudah yang ke beberapa kalinya.

Kasihan anak-anak. Usia mereka belum bisa melawan, mereka hanya bisa berlindung dengan memohon agar siksaan itu dihentikan.

Tahukah para orangtua, hukuman fisik dengan cubitan saja yang kelihatannya ringan itu dampaknya seumur hidup?

Kata Kak Seto, mencubit itu termasuk tindakan kekerasan yang bisa merusak otak anak. Tapi sayang orangtua tak menyadarinya. Tapi mencubit yang dimaksud mencubit dengan marah, bukan bercanda..

Merusaknya seperti apa ya? Ehm…pas saya baca lengkap hanya disebutkan kepribadian anak jadi terganggu dan berisiko menimbulkan kepribadian menyimpang.

Ini jadi mengingatkan diri saya supaya tak menghukum fisik anak. Ternyata dampaknya mengerikan 🙁

Posted from WordPress for Android