Pilih Matras Buat Anak Main

Dok.pribadi
Dok.pribadi

Senangnya melihat perkembangan si kecil. Di usianya yang menjelang 9 bulan sudah belajar duduk, berdiri, merangkak, dan macam-macam. Kalau sudah tiduran di mana pun itu, langsung saja banting badannya tanpa melihat itu ubin sudah dikasih alas yang empuk atau belum. Karena itu saya jadi kepikiran beli matras aka playmat.

Pas zaman kakaknya sebenarnya sudah ada playmat yang lebar dan empuk. Ukuran yang saya beli 2×2 meter. Tapi, berhubung sekarang tinggal di rumah yang ruangannya kecil, jadilah matras itu nggak bisa dipakai. Si matras kini ‘menginap’ di rumah nenek saja.

Berhubung si kakak anak yang hebat, dia jalannya tertunda. Kisah anak saya belajar jalan bisa baca di sini. Beralasan butuh matras buat latihan terapi di rumah, saya membujuk suami membelikannya.

Saya mulai cari-cari di internet karena saya termasuk yang senang belanja online. Tapi sayang, saya nggak menemukan pembeli yang menuliskan review. Ada juga sih yang review, cuma di grup gitu. Bacanya mesti satu-satu bikin capek. Makanya saya menulis ini siapa tahu ada yang mencari lagi kebingungan. biar nggak kesulitan kayak saya dulu, hehe

Kembali ke masa lalu, saat mencari tiba-tiba tangan ini mengarahkan saya ke sebuah toko online di Facebook. Nama toko online-nya Original Swallow Playmat Bandung. Posisi penjual ya seperti namanya, di Bandung. Pikir-pikir berapa ongkos kirimnya kalau beli matras gede begitu. Tapi, saya memberanikan diri menanyakan harganya.

Dulu sekitar tahun 2010, untuk matras seukuran 2×2 harganya Rp500-an ribu, tambah ongkir sekitar Rp600-an ribu. Mahal juga sih, tapi kami butuh biar bisa melatih kakak di rumah. Dengan bismillah, kami memesan.

Itu nggak langsung jadi dan dikirim. Kayaknya nunggu 2-3 minggu untuk proses pembuatan hingga pengiriman. Dan saat-saat yang dinanti pun tiba.

Pas lihat, wah lebar sekali dan tebal. Warnanya bagus, nggak cuma satu warna. Kami pilih perpaduan hijau, merah, biru dan cokelat. Jahitannya juga rapi dan rapet. Ukuran tinggi busanya itu sekitar 4-5 cm. Pas dicoba tiduran di atasnya terasa empuk. Saya yang orang dewasa saja nyaman, bagaimana anak-anak.

Tapi, namanya juga kulit imitasi, kepala kakak yang menempel di matras suka keringetan. Namanya juga kakak, dari bayi sampai sekarang juga gampang keringetan.

image
Dok.pribadi

Cuma sayangnya, membel gitu. Jadi pas dibuat jalan kaki rasanya agak masuk sedikit tapi nanti balik lagi. Buat latihan jalan anak sih enak, cuma nggak padat banget busanya. Mungkin ada maksudnya kali ya, biar nggak kekerasan (sok teu).. Jadi pas jatuh nggak kesakitan.

Untuk awetnya saya acungi jempol deh. Setelah usianya 5 tahun saja busanya masih bagus. Jahitannya juga nggak ada yang lepas di bagian yang mulus. Maklum, mereka sudah berbisnis matras itu belasan tahun atau lebih dari 20 tahun ya (lupaa…) Yang retak-retak itu kulit luarnya, soale suka dilipet biar nggak keinjek-injek kalau jalan. Maklum, ukurannya itu menghabiskan ruang kosong, hehe..

Nah, untuk anak kedua ini sebenarnya saya mau pakai bekas kakaknya saja. Tapi apa daya, ruangannya nggak cukup. Mau pesen yang ukuran kecil nanti bingung, simpannya bagaimana. Nggak bisa dilipat meski si penjual bilang bisa. Matras yang dulu kami beli saja karena dilipat jadi pecah-pecah bekas lipatannya. Akhirnya mulailah mencari lagi matras yang bisa dilipat.

Sekarang pencarian nggak cuma di FB, tapi juga di IG. Di situ saya melihat ada matras warna-warni dan bisa dilipat juga. Tapi, kok di Bandung lagi. Apa pemiliknya sama? Ternyata beda, cuma masih saudaraan pemiliknya.

Matras kedua yang saya beli ini mereknya Babybranded Playmat. Mereka juga jual macam-macam, ada juga namanya yang Lumba Playmat. Busanya juga bisa memilih tergantung kepadatan, mau yang premium atau biasa (density 24 atau 30).

Lalu apa bedanya antara Babybranded dan Lumba? Kata yang jual sih di kulit luarnya. Kalau Babybranded warnanya lebih cerah dan cantik. Dan bahannya juga lebih tebal.

Kalau baca sebuah forum sepertinya matras lipat ini mirip merek Korea. Tapi yang merek Korea itu muahal.. Mending cinta produk lokal.

Harga untuk matras babybranded dan lumba ini lumayan juga sih, mulai dari Rp 500-an sampai Rp 3 jutaan tergantung tipe dan kepadatan busa. Akhirnya saya memilih ukuran 2×1,5 dengan busa density 30. Pokoke yang masih terjangkau di dompet. Sama seperti Swallow, kami harus menunggu 2 mingguan untuk pembuatannya.

Saya memilih motif seperti ini. Kalau di Swallow, motif kotak-kotak kena biaya tambahan. Kalau di sini nggak lagi. Mungkin karena sudah mahal.

image

Pas sampai, puas banget. Warnanya itu lho dan busanya juga bagus, empuk dan enak buat tidur-tiduran. Maklum ibu-ibu pelor. Nempel dikit langsung molor, hahaha… Tapi, jahitannya agak jarang meski rapi. Nggak serapet jahitan Swallow. Bisa jadi karena kulitnya yang tebal.

Ini jahitan di matras yang kedua:

image
Dok.pribadi

Dan coba lihat bagaimana jahitan matras pertama bermerek Swallow:

Dok.pribadi
Dok.pribadi

Setelah lima tahun nggak ada perubahan drastis selain pecah-pecah di bagian lipatan:

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi

Kalau yang ini matras yang kedua:

image

Matras sampai, putriku pun bisa sepuasnya guling-guling, merayap, belajar merangkak, duduk, atau rebahan. Berhubung itu bisa dilipat, jadi enak nggak boros tempat.

image

Berhubung rumah mungil, saya lebih senang kalau matrasnya di posisikan seperti foto di bawah ini. Jadi anak nggak kebentur kayu atau kaki kursi. Cuma, si kecil sudah berani naikin itu pembatas dari matras, hikss… Namanya juga busa, mana kokoh kalau dibuat pegangan.

Dok.pribadi
Dok.pribadi

Sebenarnya ada sedikit kekecewaan di tempat beli yang kedua. Berhubung bagian pemesanan dan pengiriman berbeda tempat, saya sampai dua kali mendapat kiriman paket. Saran saya, pesan sekaligus.

Saya waktu itu beli alas duduk tapi itu pesanan yang menyusul. Saat pengiriman matras ternyata si alas duduk nggak sekalian. Si bagian pengiriman entah mengapa sampai terlupa. Untung saja ongkirnya digratiskan.

Dan saat alas duduk dikirim, saya dibuat kecewa lagi. Sebelumnya saya minta tas untuk matras dan diokein. Penjual berjanji akan dibarengi dengan pengiriman alas duduk, tapi nyatanya beda. Saat saya tanya kok nggak ada, baru dijelaskan sedang habis dan mereka meminta maaf. Duh rasanya… Mengapa nggak bilang dari pas mau mengirim alas duduk. Tapi, ya sudahlah nggak jadi aja.

Toko matras satu ini kalau nggak salah baru berdiri tiga tahun yang lalu. Semoga saja busa dan warna kulit luarnya tahan lama seperti matras punya kakak.

Meski berbeda penjual dan model, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sekarang semua kembali ke selera dan tujuan awalnya.

Ini pertimbangan saya hingga memilih matras:

1. Biar nggak khawatir kejedot ubin atau dinding

Saya pilih matras biar si baby bisa ditinggalin kalau lagi kerja di dapur. Maklum saya nggak beli box bayi, jadi biasanya digeletakin aja di ubin beralaskan karpet. Agak-agak rawan kejedot kepalanya.

Meski sudah aman bawahnya, tapi anak bisa melebihi area yang dikasih matras. Memang harus dikasih pager, biar nggak merayap jauh. Kalau ditinggalin seperti ini nggak perlu terlalu khawatir baby kejedot sana sini.

2. Lihat warna

Warnanya yang bervariasi biar anak-anak senang dan sambil belajar mengenal warna.

3. Mudah dilipat

Pas beli yang pertama saya nggak memikirkan kalau nggak dipakai dibagaimanakan. Meski bisa dilipat, yang namanya busa dengan kulit tanpa pinggiran lipat jadinya kulitnya lama-lama pecah. Sebenarnya saya suka kualitasnya, tapi nanti taruh di mana,

Pas beli yang kedua ini, saya mencari yang bisa dilipat tapi jangan bikin pecah kulit. Selain itu nggak makan tempat, cocok buat rumah yang mungil.

Sekian dulu curhat saya ini 🙂 Moga-moga ortu yang sedang kebingungan tentang perlu apa nggak beli atau mau pilih yang mana bisa kebantu, hehe.. (Yakin banget ada yang baca :p)