Ketika Kakak Adik Menjadi Musuh saat Dewasa

image
Foto: Theguardian

Kasih sayang orangtua itu sepanjang masa. Setiap orangtua tentu menyayangi semua anaknya, tapi mungkin ada yang porsinya telihat lebih sehingga terkesan pilih kasih. Apabila anak-anak selalu merasa orangtuanya tak adil, hubungan persaudaraan anak-anak itu saat dewasa terancam tak seharmonis di masa kecil.

Itulah mengapa saya pernah menulis tentang orangtua tak mungkin tak pilih kasih. Kecemburuan pasti ada di dalam diri anak-anak. Namun, ketika anak tersebut mengutarakan kecemburuannya selalu dipatahkan orangtuanya.

Anak-anak hanya melihat dari kacamata mereka. Baginya, orangtuanya pilih kasih jika saudaranya terlihat lebih dimanja, lebih diperhatikan, lebih dibangga-banggakan, lebih disayang, dan lebih-lebih lainnya. Mereka belum bisa berpikir jauh, sehingga penjelasan orangtua sangat diperlukan.

Orangtua yang hanya mengelak dengan mengatakan, “Itu hanya perasaan kakak saja”, tentu bukan dianggap jawaban yang memuaskan buat anak. Jadi mereka masih saja beranggapan orangtuanya pilih kasih.

Hati-hati, jika kecemburuan itu terbawa hingga dewasa. Hubungan kakak adik yang dulunya harmonis, berubah menjadi musuh. Kakak adik yang selalu bercanda, bermain, dan tertawa bersama ketika masih kecil akan sulit merasakan keindahan itu lagi ketika dewasa. Bahkan, bisa saja saudara yang dicemburui merasa perubahan itu terjadi karena pasangan saudaranya yang membuatnya jauh.

Bukan itu masalah sebenarnya. Kecemburuan yang sudah mengumpul di alam bawah sadar si anak sejak kecil akan berubah menjadi benci saat dewasa. Alhasil, hubungan kakak adik tak bisa seharmonis dulu karena ada rasa benci itu. Anak yang merasa dianaktirikan sudah merasa jenuh. Apalagi jika perlakuan orangtuanya masih terlihat pilih kasih.

Lantas bagaimana mengatasinya? Jangan berpikir yang macam-macam. Berbicaralah dengan saudaranya baik-baik atau dengan orangtuanya. Lepaskan uneg-uneg dan ikhlaslah.

Memendam pikiran negatif hanya akan menambah kebencian dengan saudara sendiri. Kasihanilah orangtua yang merasa sedih melihat hubungan anak-anaknya dihiasi pertengkaran-pertengkaran. Orangtua sudah tak muda lagi tentu mereka ingin anak-anaknya akur di masa tuanya.

Kalau kakak adik berbicara tapi nggak mempan juga bagaimana? Apalagi kalau saudara yang lebih disayangi selalu punya pembelaan yang menandakan dirinya benar?

Ehm… Menghindar saja karena selalu menanggapi saudara yang merasa pintar dan benar hanya semakin memperuncing suasana keruh. Berbalas-balasan omongan percuma. Ujung-ujungnya anak yang merasa dianaktirikan dianggap salah dan kebencian semakin mendalam. Jika sudah benci keubun-ubun, hubungan akan semakin sulit. Kakak adik bisa bermusuhan sampai mereka sadar.

Semoga sadar itu tak datang terlambat ketika orangtua sudah tiada.