“Buat apa bawa ‘tas di dalam tas’, bikin berat saja”. Ucapan suami itu dulu sering saya dengar saat saya kerja. Maksud tas dalam tas itu adalah pouch atau tas kecil buat macam-macam barang. Tujuan saya biar barang-barang nggak tercampur, jadi pas mencarinya gampang. Ini memang ribet, tapi berguna (buat saya).
Awal saya senang ribet seperti itu pas kerja di lapangan. Seperti biasa, saya senang bawa tas gemblok aka ransel. Semua masuk campur di sana. Mulai notes, tape recorder, baterai, pulpen, dompet, sampai receh-recehan masuk blek-blek nyatu semuanya. Tiba-tiba, saya harus mengambil tape recorder untuk pekerjaan yang entah menyelip di mana. Alhasil, orang sudah kerja sampai mana saya masih aduk-aduk tas. Hiks..
Suatu ketika saya melihat teman yang rapi dan apik. Dia menggunakan pouch untuk beberapa ‘perabotan’ kerjanya. Satu pouch untuk komunikator (dulu masih zaman nih), satu pouch lagi buat tape recorder, dan satu dompet kecil untuk kabel-kabel charger atau earphone. Saya yang melihat jadi tertarik, sepertinya perlu ditiru, hehe…
Sejak saat itulah saya senang membawa ‘tas dalam tas’. Alhasil, tas gendong yang sudah gede makin gede. Kenapa teman saya bisa ringkes ya?
Kalau sekarang pastinya lebih canggih bentuk organizernya, cuma saya masih senang cara saya 🙂
Itu kisah pas kerja di lapangan yang menuntut saya serba cepat. Pas di kantor, kebiasaan itu kebawa juga. Tas tetep gendong (meski sudah ibu-ibu), ‘tas dalam tas’ masih berlanjut. Apa saja isinya? Kali ini sedikit berbeda. Satu pouch untuk kosmetik (lipstik, eyeliner yang suka bikin mata pedih, kaca, dan lipbalm), dan satu pouch buat kabel (earphone, charger, flasdisk). Padahal itu saja, cuma kenapa berat ya? Menatanya sepertinya yang salah, asal brek-brek aja.
Teman memberi tahu, semakin besar tas yang dibawa semakin banyak barang-barang yang nggak perlu yang dibawa. Dia dulu katanya seperti saya, tapi sekarang dia mencoba membawa tas mungil dan ternyata barang yang dibawa jadi sedikit.
Saya mikir, apa bener? Memang, saya bawa banyak barang. Misalnya botol minum di kantong pinggir luar. Pernak pernik seperti pulpen, recorder, baterai, dompet kecil isi token dan kunci saya letakkan di depan. Dan bagian tengah isinya dompet, payung, dan macam-macam pouch. Bagi saya semuanya diperlukan. Memang nggak hari itu dipakai semua, tapi daripada nanti repot nyari-nyari pas butuh. Hehe…
Ini alasan saya senang menyimpang tas dalam tas:
1. Nggak susah mencari
Ini alasan utama. Kalau lagi nyari barang tinggal cari pouchnya sudah deh. Kalau sudah selesai, jangan tunda-tunda masukin barang ke tempatnya. Berkali-kali menunda mengembalikan ke tempat asalnya, saya malah dibuat repot mencari-cari lagi.
Kalau saya pribadi sih mending repot sebentar mengembalikan barang ke tempat asalnya dibanding susah mencari atau ternyata barang tersebut ketinggalan entah di mana atau jatuh gara-gara saya hanya simpan di kantong baju or celana 🙂
Yang sering ngebantu itu nyari kunci. Semua kunci saya taruh di dompet kecil. Jadi pakai ‘tas dalam tas’ ini mengurangi saya ngubek-ngubek mencari barang mungil itu. Habis memakai si kunci, langsung saya masukkan ke dompet tempatnya lagi.
Nggak enak lho kekunci dari luar sementara yang di dalam nggak bisa dihubungi (pengalaman pahit). Kalau nggak dimasukin ke tempatnya, saya yang suka pelupa ini suka nggak nyadar pas lagi ngobrol tuh kunci taruh di mana. Besoknya heboh nyarinya, hahaha…
2. Lebih tertata
Sewaktu kecil saya orang yang sembrono dan malas bersih-bersih. Sekarang? Nggak jauh beda sih, cuma nggak mau lebih parah dibanding dulu.
Sembrono saya usahain dikurangi dengan lebih menata yang kecil-kecil dulu. Kalau bersih-bersih? Ini yang bingung, sudah berusaha bersih-bersih ujung-ujungnya kembali seperti belum dibersihin, hahahaha…
Cuma ada kekurangannya bawa ‘tas dalam tas’, kalau lupa taruh pouchnya bisa berabe. Apalagi kalau itu semuanya isinya charger hp. ‘Di situ kadang saya merasa sedih’.
Berbekal pengalaman yang senang bawa ‘tas dalam tas’, saya jadi suka cerewet kalau suami tiba-tiba nyari kunci atau barang mungil. Saya akhirnya menjawab, “Itulah gunanya ‘tas dalam tas’.” 🙂