MamaBocah

Tipe Orangtua Versi Mamabocah, Anda Masuk Mana?

image
Foto: Google.co.id

Setiap orangtua (ortu) punya gaya masing-masing dalam menghadapi dan mendidik anak-anaknya. Saya ingin membagi beberapa tipe ortu berdasarkan pengamatan di sekeliling saja. Bukan teori-teorian.

Kalau saya sih tipe orangtua (ortu)cuek dan suka nggak konsisten beri hukuman. Padahal, itu nggak bagus dan membuat anak melawan πŸ™

Berikut beberapa tipe ortu menurut kacamata mamabocah ya dan nggak bermaksud menyinggung siapa pun lho πŸ™‚ :

1. Perfect

Orangtua ini maunya semuanya serba perfect aka sempurna. Anak harus bagus nilainya, harus rangking satu. Bahkan, kalau anaknya nilainya nggak sesuai harapan si anak bakal diomeli atau dihukum.

Seberarnya apa yang dicari dari nilai? Apa untuk anak atau untuk orangtuanya biar bisa membangga-banggakan anak serta dirinya di depan orang lain?

Saya cuma saran aja untuk tipe orangtua ini, nilai anak memang bisa membantu untuk mendapat beasiswa atau apalah. Tapi apa nggak dipikir bagaimana mental dan jiwa anak. Anak bukan robot, apalagi kalau masih SD.

Kasihan benar mental anak kalau diajari hanya nilai yang dikejar. Biarkan dia menemukan ritme belajar yang disukainya dan tugas orangtua memberikan semangat, mengingatkan, bukan memaksa agar semua harus sempurna.

Saya beruntung dulu mama papa saya nggak memaksa saya harua bagus nilainya. Paling-paling ortu sering mengingatkan saya untuk belajar karena belajar itu untuk mendapat ilmu yang bisa berguna untuk masa depan, secara saya pemalas, hehe…

Namanya juga hidup kayak roda yang selalu berputar, ada saatnya di atas dan di bawah. Memangnya dulu orangtua pas masih kecil dipaksa juga? Jadi ceritanya balas dendam nih? πŸ˜€

2. Cuek

Mungkin ini nggak murni cuek, tapi sibuk atau kecapekan. Atau malas banyak ngomong dan menyerahkan ke anaknya.

Kalau menurut saya sih, anak yang masih polos belum tahu harus mengarah kemana. Anak juga perlu bimbingan. Kalau dilepas begitu saya takut salah arah.

Syukur-syukur β€˜berguru’ dari orang yang benar, kalau salah lingkungan dan teman nah itu yang perlu diwaspadai.

3. Tergantung orang dekat

Saya yang masih suka nitipin anak ke nenek kadang-kadang suka menyerahkan anak ke neneknya. Kasihan juga nenek, sudah berusia lanjut masih mengurus anak.

Saya sadar kalau kecapekan, saya suka memilih istirahat dan anak main sama neneknya. Coba bayangkan, nenek yang sudah berusia lanjut gitu pasti terasa lebih lelah, tapi demi anak dan cucu berusaha membuang rasa lelah.

Apalagi cucunya yang kadang-kadang minta ini itu, pakai merengek. Benar-benar makin diuji kesabaran nenek.

Sejak melihat begitu besar pengorbanan nenek saya jadi malu dan berusaha membuang rasa lelah ini serta memilih bermain dengan anak. Memang sih, efeknya jadi gampang marah ke anak.

Tapi daripada neneknya yang stres dan lelah. Yang perlu digenjot lagi, saya harus lebih sabar lagi.

Kalaupun saya butuh banget istirahat dan ada papanya bocah, paling saya minta tolong sama papanya bocah, hehehe…

Banyak meme dan pesan di sosmed tentang bagaimana ketika orangtua telah tiada membuat saya tertampar. Saya harus bersyukur masih diberi kesempatan, tapi saya belum banyak berbakti ke ortu dan harus lebih membahagiakannya, bukan membebani atau merepotkan ortu.

4. Membangun

Tipe ini menurut saya yang paling top. Orangtua yang selalu memberikan dukungan untuk anaknya. Ortu yang sabar dengan perilaku anak tapi tetap bersikap tegas.

Bagi ortu tipe ini menganggap nilai bagus itu bukan hal yang mutlak. Apabila anak belum mampu tak harus dipaksa. Tugas ortu membimbingnya ke arah yang benar, dengan mengarahkannya belajar dari mana pun. Tak harus dari buku saja, tapi juga dengan bersosialisasi dengan lingkungan.

Dengan proses belajar anak, ortu tetap membimbingnya. Jika salah arah, ortu mengingatkan dengan benar, bukan menghakimi dan membuat anak merasa makin bersalah.

5. Nggak konsisten

Orangtua harus belajar konsisten. Ini saya banget, suka nggak konsisten kasih hukuman ke anak. Akhirnya anak jadi bertingkah.

Saya juga sudah diingatkan psikolog waktu di sekolah kakak untuk belajar konsisten, tapi saat ini masih belajar. Karena konsisten itu juga harus mendapat dukungan dari lingkungan terdekat.

Kalau saya hukum nggak nonton, papanya bocah nonton ya gagal total. Atau saya hukum nggak boleh jajan, eh neneknya jajanin ya gagal lagi deh, hehe..

Mari konsisten πŸ™‚

Nah, itu beberapa tipe berdasarkan melihat-lihat saja dari sesama ortu, jadi kalau salah maklumi saja ya, wong saya bukan ahlinya, hehehe.,

Menurut saya lagi, kalau tipe ortu itu dikombinasi kayaknya makin banyak lagi. Tapi, saya yakin semua orangtua berusaha terbaik untuk anaknya. Siapa yang nggak mau anaknya menjadi orang yang sukses dunia akhirat, yang bisa mendoakan kita saat sudah tiada, yang bisa mengajak kita ke syurga-Nya.

Belajarnya orangtua itu setiap waktu, karena nggak semua trik mengajarkan anak yang dijabarkan di artikel-artikel itu bisa diterapkan dengan mudah. Semua orangtua tentu punya cara-cara sendiri untuk kebaikan anaknya.

Semangat πŸ™‚

Posted from WordPress for Android

Exit mobile version