Kamu tipe yang suka mengucapkan selamat di hari-hari tertentu? Misalnya Hari Ibu yang baru saja lewat beberapa hari lalu.
Entah kenapa, aku tidak terlalu suka dengan hal-hal yang terlalu seremonial.
Bagiku, setiap hari rasanya sama.
Kalau memang spesial, toh ibuku tetaplah ibu—setiap hari, tanpa tanggal merah.
Aku melihat banyak orang membagikan foto bersama ibunya.
Ucapan manis dari anak, doa, pelukan virtual di status IG atau WA Story.
Sementara aku… hening.
Bukan karena tak ada ibu.
Bukan juga karena tak ingin mengucapkan.
Aku justru diam karena bertanya pada diri sendiri, Apakah aku sudah menjadi ibu yang baik untuk ketiga anakku?
Lalu pertanyaan itu bergeser, Apakah aku sudah cukup menjadi anak yang berbakti untuk ibuku?
Kalau jawabannya belum sepenuhnya “iya”,
untuk apa aku merayakan dengan unggahan dan ucapan?
Toh setiap hari aku bersyukur menjadi ibu.
Meski aku sadar, aku belum—dan mungkin tak akan pernah—menjadi ibu yang sempurna.
Dan setiap hari pula aku mencoba mencintai ibuku, dengan caraku yang mungkin tidak selalu terlihat.
Jadi jika aku tak pernah berbagi ucapan di media sosial, bukan berarti aku tak sayang ibu.
Bukan juga karena aku tak bangga menjadi ibu.
Aku hanya percaya,
bahwa cinta tak selalu perlu dirayakan dengan peringatan.
Karena bagiku, yang sungguh berarti,
justru hal-hal yang dijalani—diam-diam, setiap hari.
