MamaBocah

Ngutang Beli Gadget, Perlu Nggak Sih?

   
Yang baca postingan ini masih pada punya utang nggak? Bukan utang puasa ya, tapi utang ke bank. Bank beneran ini, bukan bang fulan atau bang bakso *maksadehgaringtau* 😀 Contohnya utang buat beli gadget. Sebenarnya itu perlu nggak sih? Tapi, kalau nggak utang nggak bisa punya gadget keluaran terbaru dong 😀

Buat yang sudah bekerja, apalagi berumah tangga mungkin sudah ‘bermain’ utang-utangan. Tapi, utang itu nggak semuanya bagus. Jadi kita sebagai orang yang berutang harus jeli. 

Meski yakin bisa melunasinya, ada hal-hal yang harus dipertimbangkan. Kalau buat kesenangan saja ya mbok dipikir ulang. Termasuk kalau ngutang buat beli handphone atau gadget.

Saya beruntung bukan tipe orang yang gila ganti gadget. Saya biasanya beli kalau udah rusak atau ‘amit-amit’ hilang. Tapi, sebisa mungkin tunai. Bukan utang pakai kartu kredit.

Kalau kata Nina Nola Banurea, RPP Para Planner. Utang beli gadget itu utang konsumtif. Jadi kalau bisa dihindari kenapa tidak.

“Utang konsumtif sebaiknya dihindari karena bisa menggerus kekayaan,” tulis Nina dalam email. 

Nina sih kasih saran, kalau beli barang yang sifatnya konsumtif atau demi kesenangan baiknya nggak dengan cara berutang. Artinya tunai.

“Kalaupun menggunakan kartu kredit tidak disarankan dengan membayar minimum payment, wajib LUNAS sebelum jatuh tempo.”

Jadi aman donk kalau utang buat renovasi rumah atau DP kendaraan? Hehe.. Tapi, kami sekeluarga suka kegoda diskonan resto dengan kartu kredit bank tertentu. Itu bagaimana donk, konsumtif juga ya? 🙁

Biar lebih paham lagi, Nina menyebut tiga ciri utangmu sudah termasuk utang konsumtif:

1. Harga barang yang dibeli turun

Coba saja beli gadget yang lagi hits saat ini dengan kartu kredit. Yakin nggak dalam beberapa bulan harganya turun?

Gadget tipe terbaru tidak menunggu waktu lama harganya turun. Soale pasti akan ada lagi tipe yang lebih baru. Wew!!

Buat kaum hawa, pakaian bermerek serta yang mode-mode gitu nilainya juga cepet turun. Bahkan putarannya lebih cepat dibanding gadget.

2. Bunga lebih tinggi

Kata Nina, bunga utang tertinggi kedua setelah bunga rentenir itu adalah bunga kartu kredit.

“Mau SBI turun juga, bunga kartu kredit tidak akan pernah turun! Bunga belanja kartu kredit rata-rata sekarang 3%-4% per bulan. Kalau disetahunkan menjadi 36%-48%.”

Bagaimana, masih tertarik utang konsumtif? 🙂

3. Tak perlu jaminan

Utang konsumtif tidak memerlukan jaminan (kolateral).  Kalau mau utang gampang banget, cuma isi formulir terus tunggu verifikasi selesai deh. Uang dapat tanpa perlu menjaminkan apa-apa. 

Bentuk utang ini bisa melalui kartu kredit atau pinjaman tanpa agunan. Tapi, kita jangan gampang terkecoh cuma gara-gara proses yang gampang.

Seorang ahli  pernah mengatakan meminjam pinjaman tanpa agunan itu artinya menjaminkan diri sendiri. Kalau si pengutang masih punya utang kartu kredit dan meninggal dunia, kasihan ahli waris yang akan menanggungnya. Waduh… Husss..hus…menjauhlah utang konsumtif.

4. Harga barang yang dibeli tak menghasilkan 

Maksudnya begini, barang yang dibeli dengan utang jenis ini tidak dapat memberikan penghasilan yang sama atau lebih tinggi dari biaya cicilan utang (pokok + bunga). 

Kalau kita beli rumah terus disewakan kan uang sewanya bisa bantu cicilan KPR. Jadi ini bukan utang konsumtif, melainkan utang produktif. Sama saja dengan mobil yang dibeli untuk bisnis.

“Pendapatan dari bisnis tersebut memberikan kontribusi yang lebih besar dari cicilan kredit mobil itu maka hutang ini juga termasuk hutang produktif.”

Dari penjelasan Nina itu sudah kelihatan toh, kita memang harus lebih hati-hati dalam berutang. Utang konsumtif kalau kata saya sih pelan-pelan bisa memiskinkan orang jika penggunaannya nggak bijak. 

Apalagi pria yang masih lajang, coba deh pikir ulang sebelum banyak berutang. Memang gesek itu gampang, cuma kira-kira ke depannya bagaimana. Jangan sampai karena begitu gampang gesek kartu, nanti istri dan anak yang harus menanggungnya. Mau bersenang-senang dahulu baru bersakit-sakit kemudian atau sebaliknya?

Sayangi diri dan keluarga. Jangan jaminkan diri Anda dan keluarga hanya untuk nilai kesenangan dari barang.

Exit mobile version