Sejumlah media lagi ramai memberitakan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Lebak Bulus. Tapi, JPO horor itu memang rawan banget, terutama buat wanita.
Saya termasuk orang yang suka menggunakan JPO. Maunya sih tertib lalu lintas, tapi sebenarnya lebih kepada takut menyeberang. Dan dari sekian banyak JPO yang saya lewati, mungkin sebagiannya sudah termasuk kategori horor yakni gelap, sepi, dan banyak spanduk ditempel di JPO sampai hampir ketutup semua.
Alhamdulillah, selama ini aman-aman saja melewati JPO horor, tapi sepanjang jalan deg-degan. Kalau lihat ada orang mencurigakan yang berdiri di tengah, saya memilih turun lagi sampai ada beberapa pengguna JPO yang mau lewat.
Sayangnya itu adalah kenapa orang senang benar pasang spanduk di JPO. Apalagi pas musim kampanye, udah jadi tempat pasang spanduk kampanye deh. Belum lagi iklan-iklan rokok atau rumah yang hampir menutupi JPO.
Pernahkah pemasang iklan itu menyadari, apa yang akan terjadi jika semua tertutup. Kejahatan jadi begitu mudah dilakukan karena tak terlihat dari bawah. Apalagi penerangannya begitu minimalis.
Saya ingat betul salah satu teman pernah hampir dicopet di JPO DPR. Memang JPO di sana sepi bener. Saya kalau lewat sana komat kamit doa dan langkah cepat.Takutnya itu bukan sama makhluk halus tapi manusia berkelakuan bejat.
Lihatlah sekarang pemerintah mulai sibuk lagi membenahi JPO usai ada insiden pemerkosaan karyawati di JPO Lebak Bulus Sabtu 21 November lalu. Kenapa harus menunggu kasus dulu baru semua diperbaiki? Semoga korban kuat dan cepat bangkit.
Niat mengikuti aturan dan tertib lalu lintas malah menjadi korban kejahatan. Begitu susahkah mencari keamanan di negeri ini? Adakah suara sumbang yang mengatakan, ‘Kenapa nekat menyeberang gelap-gelap?’. Heloo…mungkin korban punya jawaban lain.
Itu jembatannya panjang lho dan gelap pula.
Dulu saya pernah mengalami hal yang tak mengenakkan di JPO. Saya bersyukur yang saya temui tak sekejam pelaku JPO Lebak Bulus.
Sewaktu saya menggunakan JPO, ada pria yang duduk selonjoran dekat jembatan turun, sepertinya mengalami gangguan jiwa. Kakinya mendorong kaki saya yang lewat dan membuat saya hampir terjatuh.
Wajahnya judes banget, saya lihat wajahnya dia pasang wajah mau menerkam. Saya langsung lari cepat.
Setelah itu saya khawatir pas naik JPO. Setiap kali naik JPO saya berhenti sebentar dan lihat-lihat ada pria itu tidak. Jika ada saya turun lagi dan naik ojek.
Merasa terganggu, saya akhirnya telepon polsek dekat lokasi JPO. Ya namanya juga laporan, polisinya nggak bisa berbuat apa-apa karena belum ada kasus yang merugikan 🙁 Janjinya sih mau dicek. Tapi masa harus ada kasus dlu baru dipedulikan? Sedihnya..
Besoknya saya tak melihat si pria, mungkin benar pak polisi sudah mengeceknya.
Semoga perbaikan JPO di DKI Jakarta tak hanya heboh setelah ada kasus kriminal di JPO. Perawatan JPO itu perlu, jangan diperbaiki setelah itu dicueki lagi sampai lampu mati semua dan JPO menjadi horor lagi.
Semoga kita semua dilindungi Tuhan, aamiin..
Posted from WordPress for Android