Site icon MamaBocah

Niat Menolong yang Tak Pernah Sampai


Kenapa ya orang sering melewatkan pesan-pesan baik yang sebenarnya ditulis dengan niat menolong? Kita ingetin soal masker, soal jaga kesehatan, soal hal-hal kecil yang bisa mencegah risiko. Tapi responsnya sering cuma satu, di-skip. Seolah pesan itu berbahaya, atau membosankan, atau mungkin dianggap ‘ah, sok tahu’


Padahal di balik sebuah pengingat, ada niat yang nggak kelihatan.

Ada orang yang keluarganya rentan, jadi setiap anjuran itu lahir dari rasa takut kehilangan

Ada yang mulutnya capek ngomong tapi tetap mencoba memberi tahu, karena sayang sama orang lain, meski mereka bukan siapa-siapa.

Ada yang sekadar ingin orang lain tidak mengulang kesalahan yang sama.

Tapi semua itu sering kali mentok di dinding yang sama: orang hanya mau mendengar apa yang ingin mereka dengar.

Mungkin bagi sebagian orang, pesan baik itu terasa menakutkan karena memaksa mereka melihat kenyataan.

Mungkin terasa menggurui, karena di internet semua orang dianggap sedang pamer pengetahuan.

Mungkin juga mereka lelah, atau sudah kebal dengan informasi.

Aku nggak tahu persis jawabannya, tapi aku tahu satu hal, niat baik itu sering capek sebelum sampai ke tujuan.

Akhirnya, orang yang sejak awal ingin menolong memilih diam. Bukan karena menyerah, tapi karena sadar bahwa menjaga keluarga sendiri saja sudah berat.

Berjuang bareng orang-orang terdekat yang mau mendengar rasanya lebih masuk akal daripada memaksa dunia memahami maksud kita.

Kadang itu menyedihkan, tapi juga mengajarkan kita batasan,

Kebaikan tidak selalu harus dipahami, tapi tetap boleh dilakukan dengan cara yang paling tenang dan paling kita mampu.

Pesan buatmu, apapun yang dibagikan, meski nggak selalu dibaca atau diterima tetap menjadi jejak kecil untuk kebaikan.

Exit mobile version