Site icon MamaBocah

Pandemi yang Usai, Luka Mental yang Belum Selesai

Ada masa ketika kita berpikir pandemi sudah selesai. Masker dilepas, aktivitas kembali normal. Hidup terasa seperti dulu.

Tapi banyak orang merasakan satu hal yang mengganjal: kenapa mental rasanya lebih rapuh? Kenapa berita buruk atau ketidakadilan cepat sekali melelahkan?

Jawabannya mungkin tidak sesederhana “orang sekarang lemah”. Bisa jadi, luka itu belum benar-benar sembuh.

Pandemi sebagai trauma kolektif

Pandemi bukan hanya krisis kesehatan. Ia pengalaman hidup–mati yang dialami bersama.

Kita menyaksikan:

Ini bukan peristiwa biasa. Ini trauma kolektif.

Trauma tidak selalu muncul sebagai mimpi buruk. Kadang hadir sebagai:

Meski pandemi berlalu, sistem saraf kita belum tentu ikut tenang.

Infeksi dan pengaruh biologis

Selain pengalaman psikologis, ada faktor biologis yang sering dilupakan.

COVID dan beberapa infeksi virus lain dapat memicu:

Dampaknya bukan hanya fisik, tapi juga mental:

Banyak orang berkata:

“Aku dulu nggak begini.”

Dan itu wajar. Tubuh dan otak memang berubah.

Dampak kesehatan mental yang sering luput

COVID tidak hanya memengaruhi paru-paru. Ia juga memengaruhi kesehatan mental.

Penelitian menunjukkan:

Peradangan dari COVID memengaruhi sistem saraf dan keseimbangan kimia otak. Jadi, merasa lebih rapuh bukan berarti mental lemah—tapi tubuh belum sepenuhnya pulih.

Sayangnya, banyak yang didorong segera “move on”. Padahal luka yang tak terlihat bisa tumbuh lebih dalam. Lelah yang dirasakan bukan karena kurang kuat, tapi karena dipaksa kuat terlalu lama.

Luka lama terbuka kembali

Setelah pandemi, kita menghadapi:

Bagi mental yang belum pulih, ini pengulangan luka.
Hasilnya:

Ini bukan soal terlalu sensitif. Daya tahan manusia punya batas.

Ingin peduli tapi lelah

Sering muncul konflik batin:

Itu manusiawi.

Merawat diri bukan berarti berhenti peduli

Menjaga jarak dari berita bukan berarti apatis. Memilih tenang bukan berarti egois.

Dengan begitu, kita:

Orang yang sehat mental lebih mampu peduli dalam jangka panjang.

Berproses perlahan

Jika hari ini kamu lebih mudah lelah, lebih sensitif, atau cepat marah—bukan berarti gagal.

Kamu manusia yang:

Dan itu tidak memalukan.

Pelan-pelan saja. Bernapas. Merawat diri. Dunia belum sepenuhnya sembuh, tapi kita masih bisa menjaga diri sendiri.


Exit mobile version