Sumber foto: Google
Kalau curhat (curahan hati) ke seseorang, apa yang kamu inginkan dari si teman? Menjadi pendengar setia? Menjadi penasihat? Atau merahasiakan apa yang kamu ceritakan? Pilih dulu niatnya sebelum mencari teman curhat. Soale curhat juga ada aturannya 🙂
Topik apa yang mau dicurhatin itu menentukan apa yang kita inginkan. Pastinya nggak mau donk, itu bahan curhatan rahasia diemberin ke teman-teman lainnya. Atau niatnya agar teman menjadi pendengar, eh malah dinasihatin habis-habisan.
Kecewa, kesal, dan nggak dipercaya bakal dirasakan kalau tiba-tiba kita tahu bahan curhatan sampai ke telinga orang lain. Padahal, sebelum cerita sudah dipesan ‘Jangan bilang ke siapa-siapa ya’. Kalau sudah begini, jangan salahkan teman menjadi marah, tak mau berteman lagi, atau tak mau bercerita lagi. Ingat lho, janji itu utang.
Buat yang senang curhat ke teman, hati-hati memilih topik yang disampaikan. Misalnya saja, mau curhat soal kondisi kantor. Kalau si teman terkenal track record-nya suka ‘ngadu’ mending diurungkan niatnya. Mau nggak curhatannya jadi konsumsi bos-bos? Serem, hehehe…
Tapi, tipe teman pengadu seperti ini bisa dimanfaati juga. Apalagi kalau dia dekat sama bos. Sampaikan saja keluhan kita (tapi bukan yang frontal ya), selang beberapa hari pasti tuh curhat sudah sampai ke telinga bos.
Beda lagi kalau kisah asmara. Entah itu cowok atau cewek, kalau curhat juga kudu dan harus pastikan itu teman nggak akan nikam dari belakang atau istilah halusnya, nyerobot orang yang sedang didekati atau menghancurkan hubungan yang sudah terjalin. Nggak mau kan hubungan pertemanan jadi rusak gara-gara percintaan.
Dari sepenggal tulisan di atas, jadi apa saja yang perlu diperhatikan saat curhat?
1. Topik curhatan
Lebih selektif dalam bercerita topik curhatan. Jangan sampai makan diri sendiri. Kalau terlalu sensitif, lebih baik pendam dulu saja. Atau cerita langsung ke Tuhan dalam doa atau heningnya malam.
2. Teman curhat
Teman yang suka mengadu harus dicoret dalam daftar teman curhat. Kecuali kalau mau manfaatin pengadunya si teman, hehe…
3. Pegang janji
Janji itu utang lho. Berjanji harus ditepati. Kalau sudah bilang nggak akan cerita, jangan cerita. Tak ada pengecualian dengan cerita ke teman dan berpesan, tapi jangan bilang ke teman lain ya. Coba kalau si temannya teman cerita lagi dan bilang seperti itu, itu curhatan nyebar seantero.
4. Catatan buat si pelupa
Buat Anda yang pelupa, pasti suka lupa tadi teman bilang atau tidak ya curhatannya rahasia. Untuk cari amannya mending rahasiakan saja. Curhatan teman itu bukan untuk konsumsi publik. Dia cerita berarti dia percaya sama Anda. Lebih baik si pencerita langsung yang ‘mengember’ dibanding kita yang ‘mengember’.
Ketika saya butuh banget guidelines curhat, datanglah postingan ini… terima kasih!
Iya banget, menjadi dan mencari teman curhat itu butuh perhatian khusus. Kalau saya sih cari teman-teman yang sudah teruji dan sudah terbukti dijadikan teman curhat Mbak. Syukur sampai saat ini teman-teman saya tidak ada yang berkhianat, dan semoga saja tidak akan ada :)).
Sama2 Gar. Alhamdulillah, moga temannya selalu setia 🙂
Amin, terima kasih :)).
Sempet kepikiran bikin postingan tentang teman curhat juga hehe.
Saya pernah curhat ke temen mengenai “orang yang saya suka”, eh kayanya dikasih tau ke si cowok yang saya suka. Padahal saya curhatnya sama cowok. Ember bener hehe. 🙂
Harus selektif milih temen curhat. Setuju banget sama postingannya, mbak.
Itu jg berdasarkan pengalaman pribadi. Mencari teman curhat mmg gampang2 susah. Klo diemberin itu rasanya gmn gtu ya, hehe
Iya, mbak. Tapi alhamdulillah, saya punya sahabat baik yang bisa dipercaya. 🙂