Ini masih kelanjutan cerita di-PHP-in travel umroh. Saya sudah mendatangi kantor travel yang berada di TB Simatupang pada 13 Juli 2017. Alhamdulillah tidak seseram yang saya bayangkan.
Awalnya deg-degan bakal ramai seperti cerita teman-teman nggak. Saya sampai susah tidur malam sebelumnya, bagaimana esok hari ya? Sampai berapa jam saya meninggalkan si bontot di rumah.
Pikiran kacau, hati berdebar-debar. Membayangkan kacaunya suasana kantor di travel.
Tapi, saat saya menghadapinya semua dipermudah. Banyak sesama calon jamaah yang menawarkan nomornya. Mungkin wajah saya terlihat cemas dan bikin kasihan.
Seorang ibu memberikan nomor antarannya No 42. Saya tak menanyakan namanya dan tak melihatnya lagi setelah beberapa jam di sana. Setiap ada yang mendekat, kami mengobrol bercerita tentang rencana umroh yang nggak jelas.
Dan saya pun mendapat banyak tawaran nomor. Tentu saya memilih yang paling kecil, nomor 9. Dan nomor lainnya saya berikan ke calon jamaah lain.
Macam-macam ceritanya di sana. Ada yang sampai batuk pilek 3 bulan tanpa henti. Sudah berobat tak sembuh-sembuh dan kata dokter penyebabnya stres.
Seorang calon jamaah yang saya perkirakan berusia 55 tahun ke atas ini mengatakan bagaimana ia memendam kesedihan karena gagal berangkat. Padahal sudah mengadakan pengajian di rumah ternyata batal jalan. Ibu tersebut merasa sedih dan malu dengan tetangga.
Berbeda lagi dengan calon jamaah lainnya yang sudah tak muda lagi berangkat dari Cikarang bonceng motor bersama anaknya. Ibu ini bersama saudaranya yang hendak menanyakan surat yang diminta Kemenag untuk mengurus paspor.
Ada lagi dua orang wanita berhijab syar’i baru datang dari Semarang yang juga ingin mengurus umroh. Entah refund atau yang lain. Tapi, ia datang siang dan tak dapat nomor. Namun, mbak-mbak tersebut kami ajak bergabung.
Memang satu nomor antrean bisa beberapa orang. Maklum saja, nomor antrean sudah habis apabila datang melebihi pukul 08.00WIB. Namun, cara tersebut membuat orang yang baru saja datang langsung ikut antrean yang dipanggil. Jadikan acak kadut itu antreannya.
Kami hanya menunggu di kursi, tapi kok makin sepi dan nomor antrean tak bergerak. Eh ternyata, customer servicenya sedang mengurus agen yang membantu proses refund 100 jamaah. Waduh, kapan jatah kami yang datang seorang diri.
Itulah gambarannya. Proses pencairan dana umroh begitu repotnya. Kalau nggak sabar, bisa ngamuk kalau antrean diserobot terus.
Banyak pelajaran saat mengantre. Tapi yang paling terasa belajar sabar menunggu.
Budayakan mengantre. Baru datang, ya jangan langsung ikut antrean yang dipanggil. Cuma begitulah kondisinya ?
Sapa-sapalah dulu bapak ibu yang sedang duduk. Tanya nomor dan bisa ikut gabungan ga, hehehe… Kalau langsung nimbrung yang dipanggil, adududu… kasihan yang sudah menunggu lama..
Dari semua itu, saya pribadi jadi banyak kenalan baru. Memang saya nggak hapal nama mereka, mungkin kalau ketemu lagi lupa. Tapi, senangnya bisa saling menguatkan.
Sebagian besar nasibnya sama, di-PHP-in si travel. Jadwal belum jelas, berangkat kapan saja belum tahu. Dan daripada menunggu yang nggak jelas, lebih memilih tarik saja uangnya.
Katanya sih harus tegas, jangan pasrah saja, hehehe.. nah saya kurang ngotot aka pasrah jadinya hanya dapat form refund 50 persen??
Entah kurang ngotot atau kepikiran bayi bontot di rumah yang jarang banget saya tinggal, meski ada neneknya. Akhirnya setelah menunggu dari pukul 08.00 WIB, saya bisa balik jam 14.00. Lama ya…
Sekarang saya menunggu sampai 90 hari kerja. Saya berharap uangnya cair 100 persen meski saya sudah sulit percaya dengan travelnya. Tapi, apa yang tidak mungkin di Tangan Allah SWT. Meski nalar manusia tak bisa mencapainya, terkadang keajaiban bisa terjadi. Apalagi semua calon jamaah giat berdoa.
Selanjutnya saya melakukan apa, hanya menunggu? Inginnya pakai pengacara, tapi nggak ada yang gratis hehehe.. Apa yang gratis sekarang. Ke toilet aja bayar.
Pikirannya sih uang yang tertahan di sana nggak sedikit jumlahnya, belum jelas bakal berangkat atau balik uangnya, kok malah harus bayar jumlah yang tak sedikit ? Harus bersikap seperti apa?
Andaikan pengacara gratis.. andaikan nggak daftar di travel itu.. ah sudahlah, tetap berikhtiar dan berdoa meski sulit percaya lagi sama travelnya yang hanya beri janji-janji manis tapi belum kelihatan menepatinya hehehe