Ibu Hamil Nggak Bagus Makan Sayap Ayam?

Ini masih soal ayam dan perkembangan organ vital anak. Tapi, ini ditujukan untuk ibu hamil. Sebisa mungkin saat hamil jauhi makan sayap ayam, terutama jika mengandung anak lelaki. Beneran nih?

  
Sebenarnya sih kalau mau makan masa dilarang. Kalau ngidam bagaimana, katanya ngidam nggak kesampaian anaknya nanti ngiler terus, hehehe… Kalau saya yang jawab, makan mah makan aja. Nanti kelaperan kalau ditahan-tahan.

Tapi, imbauan di atas saya ambil dari lansir di MedicalDaily. Sebuah penelitian menyatakan, wanita yang mengonsumsi produk ayam saat hamil bisa melahirkan anak laki-laki dengan ukuran organ genital di bawah rata-rata karena pada bagian tersebut banyak mengandung bahan kimia.

Cuma kok nggak disebutin maksudnya ayam apa, negeri atau kampung. Atau di sana nggak ada jenis-jenis ayam kayak di sini 😀

“Wanita hamil mungkin perlu berpikir dua kali sebelum mengunyah sayap ayam atau anak-anak mereka menjadi kecil,” kata Lindsay Rajt, Associate Director PETA dalam pernyataannya.

Rajt merunjuk pada sebuah studi tahun 2008 yang dilakukan oleh US National Institute of Environmental Health Sciences. Penelitian multicenter itu dilakukan klinik prenatal dengan memeriksa kesehatan yang berhubungan dengan senyawa kimia yang dikenal sebagai phthalates

Phthalates ada dalam berbagai produk konsumen, termasuk pestisida dan plastik yang bisa mengkontaminasi makanan. Peneliti melakukan tes pada tikus di laboratorium. Hasilnya, paparan phthalates menghambat perkembangan alat kelamin.

“Perubahan ini terjadi pada bayi lelaki, yang berhubungan dengan paparan pralahir dengan metabolit yang sama dengan phthalate yang menyebabkan perubahan serupa pada tikus jantan, ini menunjukkan bahwa phthalates bisa berpengaruh ke manusia.”

Tapi, jangan percaya dulu sama pernyataan PETA ini. Seperti yang disampaikan Shanna Swan Ph.D., seorang profesor di The Icahn School of Medicine at Mount Sinai, 

“Saya rasa hubungan makan sayap ayam meski pada ibu hamil dan ukuran organ genital anak laki-laki itu masih sangat lemah,” ujarnya seperti yang saya kutip dari mailonline.

Majalah Women’s Health juga menyebutkan, PETA merujuk pada Phthalates yang menyebabkan organ genital anak lelaki menjadi kecil jika ibu mengonsumsi makanan mengandung bahan tersebut. Tapi, ayam tak termasuk dalam makanan teratas yang mengandung bahan kimia tersebut.

Majalah itu juga mengungkapkan, phthalates banyak terkandung pada rempah-rempah dan kontainer plastik. Jadi sarannya, kalau  mau terhindar ya jangan konsumsi makanan olahan dan menggunakan kontainer plastik.

Kalau saya bilang ukuran itu kan relatif. Mau kecil atau besar bukannya sudah ditentukan jalannya ya? Hehe… Penelitiannya juga masih belum ada yang kuat. Jadi nggak masalah kan kalau bumil mau makan sayap ayam. Sekali lagi, makan nggak berlebihan saja. Biasanya segala yang berlebihan ujung-ujungnya juga nggak bagus.

Mikropenis yang Memprihatinkan

Ngomong ukuran jadi inget Dokter Naek L Tobing, Konselor seks dan Seks Terapis. Beliau legendaris abizzz…. Sekarang beliau konsentrasi dengan masalah mikropenis. Dulu saya pernah ngobrol-ngobrol dengan Dokter Naek untuk tugas kantor. 

Seinget saya beliau mengatakan masalah mikropenis itu zaman sekarang semakin banyak. Beliau sampai prihatin. Apalagi obesitas makin merajalela. Anak lelaki yang obesitas bisa menyebabkan mikropenis. Kalau nggak salah obesitas itu menekan hormon testosteron pada anak lelaki, itu yang membuat perkembangan organ genitalnya terhambat.
Beliau juga menyebut ukuran standar normal orang Indonesia, cuma saya lupa. Pokoke, orangtua harus jeli. Masalah ukuran ini bisa ditangani cepat dengan pengobatan sebelum usia pubertas.

Perkataan beliau yang saya ingat, “Rumus anak laki-lagi nggak boleh gemuk.” Katanya sih, ukuran ini bisa memengaruhi kehidupannya saat dewasa.

Ini bukan promosi, tapi orangtua yang penasaran bisa datang ke kliniknya di Jl Pakubuwono. Itu lho, sebelum belokan yang ke arah kampus Mustopo, tapi beliau yang lurus aja. Yang seberang resto Penang Bistro atau apalah itu, hehe..

Kenapa bahas ukuran sih? Nggak tahu ini, maunya nyambung sama tulisan sebelumnya. Siapa tahu berguna 🙂