Ibu yang Diam-diam selalu Belajar

Ibu itu sebenarnya murid paling tekun di dunia. Bedanya, ibu itu diam-diam selalu belajar. Belajar tanpa kelas, tanpa jadwal, dan tanpa pernah benar-benar lulus. Semua datangnya mendadak, di tengah hidup yang sudah ramai duluan.

Ilustrasi

Ibu diam-diam belajar dari hal yang besar, seperti bagaimana menghadapi anak yang sakit, kapan harus cari second opinion, sampai memahami istilah medis yang dulu terasa asing. Tapi ibu juga belajar dari hal-hal kecil yang mungkin orang anggap remeh, seperti cara bikin sosis homemade biar anak mau makan, cara bikin kaldu sendiri, atau sekadar memahami kenapa berat badan anak naik-turun seperti roller coaster.

Semua proses belajar itu terjadi diam-diam.
Nggak ada tepuk tangan.
Nggak ada nilai 100.
Nggak ada yang bilang “kamu hebat ya, bisa sejauh ini.”

Tapi setiap hari, pelan-pelan, seorang ibu bertambah pintar tanpa ia sadari.

Ia diam-diam belajar membaca tanda-tanda kecil di wajah anaknya.
Belajar sabar ketika tubuhnya sendiri lelah.
Belajar tersenyum walau hatinya lagi penuh.
Belajar menerima kalau nggak semua pertanyaan ada jawabannya hari itu.
Dan belajar memberi ruang buat dirinya sendiri meski cuma dua menit napas panjang.

Kadang ibu merasa telat tahu sesuatu, telat mencari informasi, atau telat menyadari mana yang benar. Tapi bukankah begitu cara hidup mengajar kita? Manusia berkembang bukan dalam garis lurus, tapi lewat belokan-belokan kecil yang kadang bikin bingung, kadang menyenangkan.

Pada akhirnya, menjadi ibu itu bukan tentang harus selalu tahu.
Tapi tentang keberanian untuk terus belajar, setiap hari, dengan versi terbaik dari diri kita.

Dan rasanya cukup ya… kalau pagi ini kita tepuk pundak kita sendiri.
Karena tanpa perlu diumumkan, kita sudah belajar banyak sekali.