Makin ke sini, orang makin melek soal info kesehatan. Tapi ternyata, nggak semua jurnal itu sama kuat buktinya lho.
Jangan sampai karena ada jurnal yang bilang A, langsung ditelan mentah-mentah—padahal itu baru kesimpulan dari referensi lain. Sayangnya, kadang jurnal penelitian juga dipakai buat tujuan pribadi atau golongan tertentu. Yuk, kita belajar bedain level bukti biar nggak salah kaprah.
Teman-teman, yuk belajar bijak membaca jurnal penelitian!
Khususnya konteks kesehatan ya. Ada yang namanya level evidence-based medicine.
Aku juga bukan ahlinya, tapi lagi pelan-pelan belajar. Supaya kalau ada info “dibakar” di medsos, nggak langsung percaya.
Membaca jurnal juga harus hati-hati, jangan asal comot.
Kalau dilihat dari piramida seperti ini

Dari penjelasan seorang peneliti, puncak piramida ada
systematic review, lalu randomized trial, dan seterusnya ke bawah.
Semakin ke atas piramida → bukti semakin kuat, terpercaya, dan bias lebih rendah.
Semakin ke bawah → bukti lebih lemah, rentan bias.
Mari kita bahas dari bawah ke atas.
Bagian Bawah: Unfiltered Information (Informasi belum disaring)
Background Information / Expert Opinion
Contoh: pendapat ahli, textbook, artikel review tanpa analisis sistematis.
Kelemahannya: subjektif, tergantung pengalaman individu, rentan bias.
Biasanya cuma jadi dasar awal, bukan rujukan utama keputusan klinis.
Case Reports / Case Series
Laporan kasus unik pada satu pasien atau sekelompok kecil pasien.
Berguna untuk ide awal atau kasus langka, tapi bukti lemah.
Case-Control Studies
Membandingkan pasien dengan penyakit tertentu (kasus) dengan orang sehat (kontrol) untuk mencari faktor risiko.
Buktinya masih lemah karena nggak bisa memastikan hubungan sebab-akibat.
Cohort Studie
Mengikuti kelompok orang (cohort) selama periode tertentu untuk melihat faktor risiko dan outcome.
Lebih kuat dari case-control, tapi masih bisa terpengaruh faktor luar.
Randomized Controlled Trials (RCTs)
Penelitian eksperimental dengan randomisasi ke kelompok intervensi dan kontrol.
Standar emas untuk menilai efektivitas terapi.
Kuat dalam membuktikan sebab-akibat, tapi bisa mahal dan kompleks.
Bagian Atas: Filtered Information (Informasi Sudah Disaring & Dikritisi)
Critically-Appraised Individual Articles (Article Synopses)
Artikel penelitian yang sudah dinilai kritis kualitasnya.
Membantu pembaca memahami kekuatan & kelemahan penelitian.
Critically-Appraised Topics (Evidence Syntheses & Guidelines)
Beberapa studi digabung, disusun jadi guideline atau pedoman praktik.
Contoh: guideline terapi hipertensi WHO atau IDI.
Systematic Reviews (termasuk Meta-Analysis)
Tingkat bukti tertinggi.
Peneliti ngumpulin banyak RCT atau studi berkualitas, dianalisis sistematis, kadang kuantitatif (meta-analisis).
Hasilnya paling kuat untuk dijadikan dasar keputusan klinis.
Intinya, semakin paham level bukti, kita bisa lebih bijak membaca info kesehatan. Bukan berarti nggak boleh percaya jurnal, tapi tahu mana yang kuat dan mana yang masih rentan bias.
Semoga jadi lebih cerdas dan hati-hati saat menelaah info kesehatan—biar keputusan kita lebih tepat dan aman