Siapa Bilang Olahraga saat Sakit Bikin Cepat Sembuh?

Siapa yang pernah tahu badannya lagi sakit, tapi tetap maksa olahraga?
Kepercayaan yang beredar selama ini bilang: olahraga saat sakit bikin cepat sembuh. Padahal, itu mitos. Dan sayangnya, bisa berbahaya.

Ilustrasi


Entah siapa dulu yang menyebarkan keyakinan itu. Tapi faktanya, banyak orang melakukannya.
Termasuk aku.


Aku pernah memaksakan diri olahraga setelah dinyatakan sembuh dari COVID. Langsung ikut senam Zumba, merasa tubuh harus “dilatih lagi”.


Yang terjadi setelahnya? Napasku jadi pendek-pendek, badan lemas, dan gampang banget capek.


Awalnya kupikir cuma kurang fit.
Ternyata bukan.


Setelah aku bertanya ke dokter spesialis olahraga—yang cukup update soal long COVID—baru aku paham: memaksakan olahraga saat sakit atau baru sembuh, apalagi setelah COVID, bisa berakibat fatal.


Ia menjelaskan beberapa hal penting yang selama ini sering diabaikan.


1. Olahraga berat saat sakit bukan bukti cepat sembuh, tapi bisa memperberat gejala


Saat tubuh sedang sakit atau melawan infeksi, sistem imun bekerja ekstra keras menghadapi patogen. Di fase ini, memaksakan olahraga intens justru memberi stres tambahan pada tubuh—terutama pada otot, jantung, dan sistem pernapasan.


Akibatnya?

  • Pemulihan bisa lebih lama
  • Gejala justru makin berat
  • Tubuh makin kelelahan
    Karena energi yang seharusnya dipakai untuk sembuh, malah dipaksa untuk aktivitas fisik berat.


Pada kondisi tertentu seperti long COVID, banyak pasien mengalami penurunan kapasitas olahraga dan gejala yang justru memburuk setelah aktivitas fisik. Kondisi ini dikenal sebagai post-exertional malaise (PEM)—yaitu memburuknya gejala setelah aktivitas yang sebenarnya terlihat ringan.


Studi yang dipublikasikan di JAMA Network Open menunjukkan bahwa orang dengan post-COVID condition sering mengalami penurunan toleransi aktivitas fisik dan pemburukan gejala setelah latihan berat. Karena itu, rekomendasi medis saat ini justru menghindari olahraga berlebihan pada kondisi tersebut.



2. Olahraga pasca infeksi harus sangat hati-hati


Penelitian dan panduan klinis menyarankan:
Aktivitas fisik boleh dilakukan, tapi harus bertahap dan disesuaikan dengan kondisi tubuh


Intensitas dimulai dari ringan ke moderat, bukan langsung kembali ke rutinitas lama
Pada kasus long COVID atau infeksi berat, evaluasi medis dianjurkan sebelum kembali berolahraga


Artinya, olahraga bisa untuk pemulihan, tapi bukan berarti makin dipaksa, makin cepat sembuh.



3. Mitos vs fakta ilmiah


Mitos:


“Olahraga bikin imun kuat, jadi kalau sakit tetap olahraga biar cepat sembuh.”


Fakta:


Aktivitas ringan hingga moderat memang bermanfaat untuk kesehatan jangka panjang. Tapi olahraga berat saat tubuh sedang melawan infeksi justru bisa memperparah gejala dan memperlambat pemulihan.


Pada pasien pasca COVID, bukti ilmiah menunjukkan bahwa aktivitas berat sering menimbulkan lebih banyak gejala pasca-latihan dibanding manfaatnya.


Masalahnya, siapa yang benar-benar cek antigen lagi?


Banyak yang merasa “cuma flu biasa”, padahal bisa jadi COVID—dan itu membuat orang salah mengambil keputusan.


Tips aman kalau tetap ingin olahraga


Tolong, sayangi tubuhmu. Beberapa hal ini penting untuk dipertimbangkan:


  • Dengarkan tubuhmu.
  • Jika sakit ringan tanpa demam (misalnya pilek ringan), jalan santai atau stretching biasanya masih aman.
  • Hindari aktivitas berat saat sakit parah.
    Terutama jika ada demam, batuk berat, sesak napas, atau gejala memburuk setelah sedikit aktivitas.
  • Mulai bertahap setelah sembuh.
    Setelah COVID atau flu berat, jangan langsung kembali ke intensitas lama.
  • Konsultasi ke tenaga medis jika gejala muncul atau makin parah setelah olahraga.


“Kalau pelatih bilang nggak masalah gimana?”
Nah, ini yang sering bikin bingung.

Kadang tenaga medis pun bisa keliru kalau tidak update ilmu. Kadang juga benar. Begitu pula yang bukan ahlinya—kadang terlihat meyakinkan, tapi seringnya sok tahu.

Yang paling penting:
tubuhmu bukan medan eksperimen.
Dan pemulihan bukan lomba cepat-cepat.
Pelan-pelan, tapi selamat.
Karena sehat itu bukan soal kuat memaksa, tapi pintar mendengar tubuh sendiri.