Masa Penantian, Menunggu Kabarmu

Aku lagi di masa penantian. Menunggu pesan singkat dari rumah sakit soal operasi biopsi anakku yang bungsu. Katanya, rumah sakit perlu konfirmasi dulu ke asuransi kesehatan soal biaya yang ditanggung. Lama juga ya… udah hampir seminggu. Hiksss.

Sebelumnya kami sudah mengajukan, tapi jawaban pihak asuransi hanya menanggung Rp 8 juta dari Rp32 juta. Selebihnya harus kami bayar sendiri. Rasanya… aduh, campur aduk. Sedih, cemas, dan sedikit frustrasi.

Kami akhirnya mencari second opinion, berharap ada jawaban lain selain biopsi. Tapi pengobatan di dokter kedua ternyata sama saja, hasilnya pun tak membawa perbaikan. Pada akhirnya, kami kembali lagi ke dokter bedah anak dan menjadwalkan ulang—lalu kembali menunggu, tanpa kepastian.

Dulu biayanya tidak ditanggung penuh karena semuanya dianggap sebagai operasi kecil. Padahal, analisis asuransi seharusnya paham: tidak semua biopsi itu sederhana. Ada yang risikonya diperlakukan seperti operasi besar, dengan segala persiapan dan kecemasan yang menyertainya

Kadang aku bertanya-tanya, apa iya asuransi kesehatan sekarang memang dipersulit dan terbatas karena banyak yang sakit? Prosesnya terasa ribet, panjang, dan bikin hati nggak tenang. Tapi aku coba ingat, semua prosedur itu untuk memastikan semuanya aman dan tertata.

Di tengah masa penantian ini, aku belajar satu hal penting, yakni fokus dulu pada hal yang bisa kita kontrol. Persiapan mental, menjaga anak tetap tenang, dan menjaga diri sendiri agar tetap kuat.

Yang paling aku jaga sekarang cuma satu, anak tetap sehat, sebisa mungkin tanpa harus sering bergantung pada obat penurun demam. Karena di zaman seperti ini, sehat bukan lagi hal sederhana, tapi perjuangan. Jadi kalau suatu hari nanti ada pesan masuk tentang jadwal biopsi di tanggal sekian, semoga hatiku sudah cukup kuat untuk menerimanya tanpa drama—meski gemetar, meski takut—dan tetap melangkah.

Urusan administrasi memang bikin pusing, tapi kasih sayang dan perhatian kita untuk anak jauh lebih penting sekarang.

Semoga pesan dari rumah sakit segera datang, dan semuanya berjalan lancar. Sampai saat itu, aku hanya bisa bernapas pelan, menenangkan hati, dan berharap yang terbaik.