Mudik ke kampung halaman papanya bocah itu ada kunjungan wajib yang harus kami lakukan selain silaturahmi ke rumah orangtua. Kunjungan maksudnya mendatangi tempat kulineran kesukaan kami keluarga. Nggak banyak sih, tapi kalau mudik pasti disempat-sempatkan ke sana.
Sebenarnya cuma dua makanan wajib. Yakni bubur ayam yang saya sebut khas Tasikmalaya sama bakso Loma Mang Didi. Harganya murah meriah pula dan mengenai rasa, saya sih cocok.
1. Bubur Tasikmalaya
Bubur ini sederhana saja. Isinya utamanya pasti bubur dan ayam. Pernak-pernik lainnya daun bawang segar, dan segerombol cakwe. Simple kan?
Jangan harap ketemu kacang kedelai atau seledri atau kerupuk. Itu nggak akan ditemukan di bubur ayam Tasikmalaya. Saya termasuk yang senang karena nggak ada kerupuk.
Selain itu juga nggak ada itu kaldu atau kuah kuning di buburnya. Sepintas yang saya rasakan itu hanya bubur biasa tanpa kaldu. Tapi nggak tahu juga ya, saya soale makan aja sih, hehe… Buat penambah rasa, lada bubuk ditabur di atas buburnya sama kucai yang sudah dibumbui.
Untuk harganya juga terjangkau. Kalau nggak salah berkisar Rp 12 ribu.
Untuk rasa, saya suka dan ga bikin eneg 🙂
2. Bakso Loma
Sebenarnya bakso ini biasa saja. Saya tertarik karena mienya lebar, kayak kwetiau. Kata papanya bocah sih, Mang Didi– sang owner– membuat khusus mienya. Begitu pula dengan sausnya.
Apa saja di dalam bakso Loma? Pasti ada bakso, kemudian mie kuning yang lebar dan tahu. Di bakso ini nggak ada soun atau mihun atau apalah itu. Terus ada kucai, terus ada semacam daging giling yang dibumbuin gitu deh. Endes surendes, rasanya beda tapi enak.
Kalau nggak makan di tempat, biasanya kami bungkus bawa pulang ke Jakarta. Karena Lebaran Haji ini Mang Didi libur, jadinya nggak bisa kulineran bakso Loma.
Fotonya juga foto zaman kapan tahu pas nenek ke rumah bawa oleh-oleh bakso Loma, hehe.. Yang gede itu tahu goreng bakso. Memang lebih nikmat makan langsung.
Saya sih lihatnya lebih mirip mie ayam ya. Tapi nggak bisa juga dink, kan ayamnya nggak ada, hehe…
Bakso Loma Mang Didi biasanya tetap buka meski Lebaran Idul Fitri. Tapi pas Lebaran Haji mereka libur. Hiksss…mudik kali ini hanya makan bubur ayam deh 🙁
Untuk harganya, kalau nggak salah sekitar belasan ribu hingga Rp20an ribu. Saya lupa persisnya. Udah lama nggak mudik, biasanya dioleh-olehi nenek kalau baru pulang ke Tasikmalaya 🙂
Kata papanya bocah sebenarnya banyak kuliner di Tasikmalaya, tapi entah kenapa kedua menu itu terus yang kami datangi kalau mudik, heuheu…
pecel kalektoran, bubur candilnya gak dimasukin mam?
Itu bru sekali nyo a, bukan wajib, hehe