Naik Bus Umum Kini Lebih Tak Aman Lagi

Belakangan ini sudah berapa banyak berita yang mengabarkan kecelakaan bus kota yang memakan korban penumpang. Miris, tapi itulah kenyataannya menumpang bus kota di Jakarta dan sekitarnya kini lebih tak aman lagi.

 

Foto Ilustrasi: Detikoto.com
 
Kenapa ada kata lebih, karena dari dulu juga begitu. Dan sekarang melebihi kondisi dahulu untuk urusan keamanannya dan keselamatannya.

Pasti orang pada berpikir, “Jangan mengeneralisir donk.” Ya, memang tidak semua tapi bus metromini dan teman-temannya yang paling sering membuat dada ini dag dig dug. 

Dulu, saat saya masih bekerja mungkin sulit dihitung berapa kali saya mengalami dag dig dug. Bus Koantas Bima jurusan Ciputat Tanah Abang yang selalu disesaki penumpang berjalan seperti raja jalanan. Ada sela sedikit langsung menyalip.

Belum lagi jika bertemu dengan sesaman Koantas Bima, mereka saling berebutan posisi demi mendapat penumpang. Sopir dan kernet bekerja sama melihat bus lain untuk saling mengejar. Lantas kami dianggap apa?

Helllo…pak sopir, sadarkah Anda yang Anda bawa puluhan nyawa berharga. Bukan bus kosong tanpa penumpang. Semua itu demi setoran belaka tanpa memikirkan keselamatan seisi bus. Apa para sopir yang seringnya ‘tembakan’ itu merasa nyawanya ada sembilan sehingga bisa lolos dari maut berkali-kali?

Kasihan juga lho pengendara motor yang dianggap menghalangi si bus. Mereka sering diklakson bahkan berhentinya mepeg-mepet. Jalan serasa milik sendiri ya. Saya mah sudah stres duluan kayak gitu, kan bisa bahaya buat pengendara sepeda motor.

Begitu juga sama penyeberang jalan. Udah menyeberang di posisi benar, ada bus ‘gila’ yang main ngegas saja. Nggak sadar apa, jalan raya itu penggunanya banyak.

Tolong ya itu, jangan biarkan sopir bus habis mabuk minuman beralkohol atau habis narkobaan. Bisa membahayakan semua orang. Saya dulu pernah disopiri pemuda yang mirip orang mabok. Mau copot rasanya jantung ini, mau ganti bus udah malam, huhu..

Kemana para pemilik bus. Sistem setoran benar-benar membahayakan penumpang. Itu juga sopir tembak yang masih Abege, ya Tuhan masih doyan ngebut-ngebutan. Kalau lagi putus cinta juga ngaruh tuh. Jadi suka ngelamun dan ngebut. Hiiii serem…

Mereka nggak peduli penumpang sudah teriak-teriak minta pelan. Yang ada penumpang yang diomeli, nasib..nasib. Bayar nggak seberapa tapi nyawa berharga yang jadi taruhannya.

Wajar banyak orang memilih bawa kendaraan sendiri. Mending kena macet-macet dibanding zig zag nyalip sana sini kalau naik bus.

Aturan yang dulu pernah diterapkan hilang tanpa jejak. Identitas sopir yang ditempel di bus, seragam yang wajib dikenakan entah masih dijalankan atau tidak. Dulu saja baru beberapa hari sudah banyak yang melanggar aturan, seragam dipinjamkan ke sopir tembak.

Sayang, aturan tak berlanjut dan aparat sepertinya kewalahan menghadapi pelanggar aturan.

Para sopir pikirkanlah penumpang dan pengguna jalan lainnya. Kami punya keluarga yang menanti di rumah. Kalau kalian belum berkeluarga, pikirkan orangtua yang menanti Anda cepat pulang.

Kedua belah pihak kan saling membutuhkan, jadi coba saling menghargai yaa..